MOTIF BATIK WALI
Motif Klaras Godong Gedang Petikan Batik Wali
Setiap Manusia pastilah memiliki berbagai sifat yang berbeda antara satu dengan yang lain, ada yang memiliki sifat dan ego buruk namun banyak juga yang memiliki sifat baik. Motif Klaras Godong Gedang ini adalah salah satu motif dari Batik karya Kriya yang memiliki pesan moral untuk semua makhluk di dunia serta filosofi yang mendalam, yaitu “Ojo Keminter Mundak Keblinger, Ojo Cidero Mundak Ciloko” artinya janganlah menjadi orang yang selalu Merasa paling pandai karena sifat yang seperti itu bisa membawa hidup ke arah yang salah dan tentunya merugikan diri sendiri maupun orang sekitar.
MOTIF ANGGREK PANDANARAN PETIKAN BATIK WALI
Sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan bunga anggrek merupakan salah satu bunga tercantik di dunia. Tanaman anggrek sangatlah berbeda dari tanaman-tanaman lainnya, dilihat dari pertumbuhannya yang lambat serta perawatan yang harus telaten dan tentunya ekstra sabar untuk bisa melihat keelokannya saat berbunga. Begitu pula dengan salah satu motif batik karya kriya yang mengusung nama motif anggrek pandanaran petikan batik wali, filosofi dari motif tersebut menyampaikan pesan “OJO MILIK BARANG KANG MELOK, OJO MANGRO MUNDAK KENDO artinya (Jangan mudah terpesona dengan kulit luar atau kemewahan yang terlihat, jangan berpikir mendua/bercabang agar tetap fokus untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan agar tidak meleset dari tujuan awal)”.
MOTIF WAHYUNING SUMULUR PETIKAN BATIK WALI
Filosofi dari Motif Wahyuning Sumulur yang diambil dari sebuah tanaman suruh yang merupakan simbol sebuah kerukunan dan kedamaian, dalam kehidupan sehari-hari tanaman suruh memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan khususnya mengobati berbagai penyakit kewanitaan. Tanaman suruh merupakan tanaman yang hidup dengan menumpang pada tanaman lain, dibalik itu tanaman ini tidaklah mengambil nutrisi dari tanaman yang ditumpanginya, justru daunnya yang berbentuk hati semakin memperindah tanaman yang ditupangidan memiliki Makna “Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar”.
MOTIF DEWI SEMBOJA PETIKAN BATIK WALI
Tanaman Kamboja atau Samboja adalah salah satu tanaman yang memiliki keharuman yang khas, pohonnya berbentuk kecil serta daunnya yang jarang-jarang namun tebal, dengan mahkota berwarna putih dan ada juga yang berwarna merah keunguan. Motif batik Dewi Semboja sendiri menggambarkan cerita yang beredar di masyarakat luas mengenai Nama Dewi Semboja yang dipercaya sebagi simbol kesetiaan. Filosofi dari motif ini ialah sebuah pesan "DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN artinya jangan mudah putus asa apabila terkena musibah dan jangan sedih jika mendapatkan musibah". Intinya motif dewi semboja petikan batik wali memiliki pesan bahwa hidup jangan dibuat sulit.
MOTIF DWIPA KARPASA PETIKAN BATIK WALI
Diambil dari kata Dwipa yang artinya tanaman padi dan Karpasa artinya tanaman kapas. Sebagai simbol terpenuhinya kebutuhan pangan dan sandang sebagai dasar dari kemakmuran yang ditunjukkan dengan kebahagiaan, kesejahteraan, yang bila terpenuhi akan mengurangi kejahatan. Motif Dwipa Karpasa Petikan Batik Wali ini menggambarkan sebuah Filosofi : HAMEMAYU HAYUNING BAWONO HAMBRASTO DUR HANGKORO serta memiliki Arti: Bahwasannya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
MOTIF PUSPOWARNO ARUM PETIKAN BATIK WALI
Menurut filosofi jawa nama Puspowarno sendiri melambangkan bermacam suasana/rasa ataupun nuansa. Nama Puspowarno juga dijadikan lirik lagu Ketawang Puspawarna yang dibunyikan sebagai tanda masuknya sang pangeran atau digunakan untuk mengiringi tarian tertentu simbol penghormatan untuk mengenang istri ataupun selir dari Pangeran Mangkunegaran IV Surakarta (1853-1881). Nama Puspowarno berasal dari padan kata taman bunga yang memiliki beraneka rupa, harum bunganya yang khas sebagaimana bunga yang pesonanya hanya sesaat yang juga akan mengalami gugur. Filosofi dari Motif ini adalah "OJO KETUNGKUL MARANG KEMAREMAN KALUNGGUHAN LAN KADONYAN Arti dari pepatah jawa tersebut memiliki pesan bahwasanya Janganlah menjadi manusia yang terobsesi dengan kepuasan dunia serta kedudukan yang hanya sesaat.
MOTIF PUTRI MALU PETIKAN BATIK WALI
Motif Putri Malu terinspirasi dari tanaman putri malu yang memiliki kelebihan terhadap respon yang begitu cepat jika tersentuh tangan maupun bergesekan dengan tanaman lainnya, keunikan dari tanaman ini adalah sifatnya yang mudah mengatup atau layu dan terdapat duri halus pada batangnya. Seperti halnya Filosofi dari Motif Putri Malu ini berpesan sesuai pepatah jawa yang berkata "OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO ALEMAN dan Artinya memberi pesan kepada semua makhluk di dunia bahwasanya Jangan menjadi orang yang mudah heran, mudah menyesal, mudah terkejut dan bersifat manja.
MOTIF RIMPANG ASMARALANA PETIKAN BATIK WALI
Nama RIMPANG ASMARANALA berasal dari kata empon-empon atau sekumpulan akar tanaman yang dijadikan rempah, Rimpang memiliki makna yang berada didalam tanah itu tidak kelihatan tetapi memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dengan baik dalam kondisi apapun. Contohnya saat musim kemarau datang daunnya akan kering tapi rimpangnya masih ada,dan apabila hujan turun tanaman ini akan tumbuh kembali. Diibaratkan orang yang menanamkan kebaikan akan selalu dikenang walaupun sudah meninggal. Motif Rimpang Asmaralana ini Cocok untuk menggambarkan Filosofi "URIP IKU URUP (HIDUP ITU MENYALA)". Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
MOTIF SUKET PETIKAN BATIK WALI
Nama motif Suket diambil dari padan kata Rumput sebagai tumbuhan yang memiliki daun berbentuk sempit dan meruncing yang tumbuh dari dasar batang, dimana sifat rumput disini di artikan bahwa penampilannya yang sederhana, walaupun terinjak berulang kali tanaman rumput masih dapat tumbuh segar. Bahkan saat musim kemarau datang dapat mengeringkan daunnya, tapi rimpangnya akan tetap bertahan hidup di tanah tandus. Saat musim penghujan datang tanaman ini bisa tumbuh kebali dipermukaan tanah dengan subur dan berdaun hijau. Filosofi dari motif ini "NGLURUG TANPO BOLO ,MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI-AJI, SUGIH TANPO BONDO". Seperti halnya sifat baik manusia jika memiliki tekat yang kuat untuk melakukan kebaikan , selalu bersyukur, dan tahan terhadap ujian yang datang maka hidupnya akan makmur.
MOTIF RINGIN CAKRA MUSTIKA PETIKAN BATIK WALI
Motif Ringin Cakra Mustika ini diambil dari kata Pohon Beringin, Pohon beringin merupakan salah satu tanaman yang berumur panjang, bentuk pohonnya yang besar dan menjulang tinggi, kokoh, memiliki akar-akar yang kuat mencengkeram tanah namun buahnya kecil. Makna yang diambil dari terbentuknya ide motif ini adalah supaya tidak semena-mena dan menyakiti "OJO ADIGANG ADIGUNG ADIGUNA Artinya Janganlah merasa jadi yang paling berkuasa, merasa paling tinggi kedudukannya dan merasa paling unggul" Filosofi jawa tersebut menyiratkan sebuah pesan bahwa sifat seperti itu yang akan menjerumuskan menjadi merugi.